Asrama Mahasiswa Belitung Timur "Betiong" Yogyakarta. Merupakan salah satu asrama mahasiswa daerah yang dimiliki oleh pemerintah kabupaten Belitung Timur. Asrama mahasiswa yang berdiri sejak tahun 2009 tersebut kini dihuni oleh sekitar 25 orang mahasiswa yang berasal dari beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Belitung Timur.
Asrama yang memiliki 11 kamar ini, memiliki otonomi sendiri berkaitan dengan tetek bengek keuangan rumah tangganya. Dana yang dihimpun dari setiap anggota disusun sedemikian rupa dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Asrama (APBA) guna memenuhi operasional asrama setiap bulannya selama satu tahun penuh.
Karena sejak diresmikan asrama ini belum pernah mendapatkan aliran dana khusus (dansus) dari pemerintah kabupaten Belitung Timur untuk mebiayai operasional asrama. Selama ini yang ada hanyalah dana sumbangan dari pejabat yang baru terpilih. Uang sumbangan itu dianggap oleh petinggi asrama sebagai sedekah, karena tidak pernah ada hitam diatas putih yang menjelaskan uang itu darimana dan harus dipergunakan untuk apa.
Akan tetapi dana itu bukanlah dana siluman, dan ditatanan kabinet asramapun uang itu dipisahkan dari APBA (Anggaran Pendapatan dan Belanja Asrama). Dana tersebut dipisahkan dari APBA dan tidak dipergunakan untuk memenuhi biaya operasional. Berdasarkan rapat khusus anggaran (RKA) dana sedekah dari pejabat daerah tersebut disepakati untuk dipergunakan memperbaiki, menambah dan melengkapi sarana prasarana yang ada di asrama.
Dana yang dihimpun dari anggota setiap bulannya Rp. 80.000/anggota. Selama satu tahun setiap anggota akan menyerahkan dana fardu tersebut sebesar Rp. 960.000/anggota dan asrama akan meraup pendapatan -+ 20 juta/tahun. Dana tersebut akan dibahas dalam RAPBA (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Asrama) dan akan diketuk palu oleh ketua terpilih.
Namun menghimpun dana fardu dari anggota bukanlah perkara yang mudah karena tidak semua anggota asrama taat terhadap aturan yang berlaku. Ada yang telat membayar, ada yang nunggak diluar batas waktu yang ditentukan ada pula yang malah mengajukan pinjaman dana untuk membayar dana fardu tersebut.
Tak ayal sering terjadi perdebatan dalam rapat kabinet pengurus dan anggota. sudah barang tentu yang berselih ialah pihak yang taat aturan dan pihak yang melanggar. Berbagai macam alasan dilontarkan ada yang pura-pura lupa, ada yang sengaja menunda pembayaran, dan ada yang beralasan memiliki kendala financial karena baru saja dirampok oleh kampus tempat para anggota menimba ilmu.
Berbagai alasan yang dilontarkan pengurus dan anggota di atas, ada yang benar dan ada juga yang mengada-ada. Namun asrama sepertinya memiliki sifat al-afwu (pemaaf) terhadap pengurus dan anggota berkenaan dengan pembayaran dana fardu. Namun jika dilihat lebih jauh lagi sebetulnya para pengurus dan anggota asrama tidak perlu berdebat tentang dana fardu tersebut jikalau ada aliran dana dari pemerintah yang dikhususkan untuk membantu pembiayaan operasional asrama seperti, listrik, gas, air, uang kebersihan dll.
Dulu di saat akhir kabinet tahun 2015-2016 pengurus dan anggota sempat dijanjikan oleh orang nomer satu dinegeri kami, akan diusahakan untuk pemberian dana bantuan khusus untuk biaya operasional asrama. Namun memasuki tahun kedua janji tinggallah janji yang tak kunjung ditepati hingga saat ini.
Banyak pihak memang yang mempertanyakan kenapa asrama diberikan otonomi sendiri berkaitan dengan keuangan. Namun pihak berwenang menjawab bahwa seluruh pengurus dan anggota kabinet asrama sudah sangat beruntung dapat menduduki fasilitas yang diberikan oleh pihak berwenang. Kalau-kalau pihak berwenang juga yang harus memberikan dana operasional nampaknya, enak sekali para pengurus dan anggota kabinet asrama. Hanya goyang-goyang kaki menikmati fasilitas yang diberikan secara cuma-cuma.
Silahkan saudara-saudari menilainya sendiri, tulisan ini hanyalah opini belaka yang mungkin benar dan mungkin juga salah. Namun meskipun tidak ada dana khusus dari pihak berwenang nampaknya, kabinet asrama masih mampu membiayi operasional asrama walau agak sedikit ngos-ngosan dan butuh tenaga ekstra karena harus melalui proses cek-cok terlebih dahulu. Namun juga pada suatu hari hal tersebut akan terasa membosankan dan membuat penat, karena sudah berlangsung lebih dari delapan tahun dan entah kapan akan berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar